Harapan Yang Dulu
Langkahku tlah terhenti
Tak sampai tujuan
Harapan’’ indahku yang dulu
Tlah sirna seiring waktu berlalu
Kau yang kuanggap baik berhati malaikat
Ternyata berhati batu & berjiwa iblis
Otakku yang polos
Tlah kau penuhi dengan kejutan cintamu
Hingga ku terjerat
Hatiku yang lugu
Tlah kau racuni dengan kata’’ indahmu
Ternyata, ku baru menyadari
Setelah kau menoreh luka dihatiku
Itulah permainanmu slama ini
Kini, ku jua tahu
Ternyata itulah kebahagian sesaat bersamamu
Namun, ku ucap terima kasih
Atas sandiwara cintamu slama ini…
Luka dihati
Aku disini terdiam
Tersentak tanpa kata
Seakan dunia gelap oleh kabut
Seolah cahaya hilang di telannya
Ku mencintai bukan membenci
Ketika ku coba untuk memahami
Arti cinta sebnarnya
Tapi kenapa hanya luka yang ku dapat
Kini ku coba untuk merajut kembali sehelai demi sehelai
Ketika rajutan itu akan utuh kau hancurkan dengan
Dengan sebuah silet tajam
Kau sayat seolah kau tak mempuyai rasa
Aku hanya bisa terdiam melihatnya
Seakan pasrah dengan semua
Karma ku mencintai
Buka ,aku yang di cintai
Semoga kau bahagia
Dengan luka ku ini
Semoga kau tenang
Dengan pederitaan hati
Sesungguhnya tuhan melihat
Mendengar
Dan mersakan
Apa yg kurasa
Dia tak diam
Tapi dia selalu mendengar do’a ku
Suatu saat kau akan tau
Arti cinta sebenar nya..
Browse > Home / Cinta 2 Insan, Patah Hati / Ratapan dalam Duka – Puisi Indonesia | Kumpulan Puisi Indonesia
Formula Bisnis 3 Langkah
Ratapan dalam Duka
Tak akan lagi aku sanggup
Mengepak saya mengitari bumi
Menyibak kabut di pagi
Sungguh aku tak akan sanggup
Walau hanya memandang dunia
Sebab badan ini
Menanggung sakit tiada bertabib
Menanggung lara tiada pelipur
Dirangka sayapku yang patah
Melawan badai tadi siang
Sebab badan ini
Menanggung sakit tiada bertabib
Menanggung lara tiada pelipur
Dihati yang tersayat oleh rasa
Melawan benci diruang cinta
Sebab badan ini
Menanggung sakit tiada bertabib
Menanggung lara tiada pelipur
Dijantung yang tertusuk duri
Hingga aku tiada tersadar lagi
Bahwa aku telah mati
Kupersembahkan puisi ini kepada Dia yang mengajarai aku tentang cinta
Yang mengajari akau tentang kebencian
Yang mengajariku tentang arti hidup
Boca yang belajar dari kehidupan
jauh tertinggal ,tenggelam dan terhampar disana
Raut wajah mungil, kosong dan hampa
Menanti induk di ujung jalan setiap malam
Tak kunjung tiba hati merana
Terpejam mata terhanyut lara
Tenggelam dalam mimpi sesaat
Terjaga raga tak berujud
Hanya senyum tipis penghantar hidup
Tapi dengan setitik harapan
Menantang buana kemudian
Mentari terbit di ufuk timur
Sembari tersentak jiwa terpanggil
Terayun langkah untuk sejengkal perut
Untuk pelanjut hidup
Tak pernah teriris hati terpaut
Seorang bocah tiada berinduk
Tetap tegar menantang dunia
Kokoh tiada bergeming
Tak pernah terhiraukan onak yang menusuk
Tak tergubriskan kaki yang tersandung
Tak terhapuskan linang airmata rindu
Kesepian melanda jiwa nestapa
Tapi tetap, tersenyum walau dikulum
Telah terlatih jiwa kesabaran
Menanggung nasib badan seorang
Tak terbiasa tangan terbuka memelas
Usaha terus berkelanjutan
Saat senja telah tiba
Kesepian meradang dalam
Hanyut terbawa di sela impi nan hampa
Walau harap tak pernah tergenggam
Walau semu datang menjelma
Itu adalah sebuah penantian
Tetaplah hadir walau hanya impian
Langganan:
Posting Komentar (Atom)










0 komentar:
Posting Komentar